http://1.bp.blogspot.com/-JAztj-i4vZA/UUQkuy5nbyI/AAAAAAAAAG0/Pwxi7oq1hck/s1032/HEADER.png

This is an example of a HTML caption with a link.

Selasa, 15 April 2014

Cicipi Ketupat Sotong ala Terengganu


Jika di Indonesia ketupat biasanya dibuat dari janur dan beras saja, lain halnya dengan di Terengganu. Di kota yang terletak di bagian pantai timur Malaysia itu, Anda akan menemukan ketupat yang dibuat dari sotong dan beras ketan.

Dari bentuk, ketupat sotong awalnya tampak hanya seperti sotong rebus biasa. Namun, jika Anda memotong bagian sotong tersebut maka akan terlihat perbedaan karena berisi beras ketan.

Ketupat sotong ini adalah salah satu makanan khas masyarakat Terengganu. Biasanya makanan tersebut dijadikan menu utama saat mereka merayakan Hari Raya Idul Fitri atau ketika mengadakan pesta besar.

"Ini adalah salah satu makanan khas (Terengganu). Setiap Idul Fitri , atau acara-acara besar makanan ini selalu dijadikan menu wajib," ujar salah satu warga Terengganu, Nahruddin Ali, kepada Kompas.com, Minggu (13/4/2014).

Pembuatan ketupat sotong ini pun tidak terlalu sulit. Sotong yang sudah dibersihkan dan dibuang bagian kepalanya menjadi kulit ketupat. Kemudian, beras ketan yang sudah matang, diisikan ke perut sotong.

Di bagian ujung sotong biasanya disematkan dengan lidi agar ketan tidak keluar. Setelah itu, sotong yang sudah diisi dengan ketan lalu dimasak kembali dengan santan kental yang diberi bumbu seperti bawang merah, garam, cabai, dan bumbu-bumbu lainnya.

Ketupat sotong disajikan tanpa tambahan lauk lainnya. Meski begitu, ketika Anda mencicipi makanan ini, rasa gurih dari santan serta manis dari ketan akan langsung terasa sejak gigitan pertama. Kulit sotong yang kenyal pun semakin bakal membuat lidah Anda bergoyang ria. (Ary Wibowo, dari Terengganu, Malaysia)

Penulis: Ary Wibowo
Editor: Ni Luh Made Pertiwi F/ kompas.com



Menikmati Jelawat di Tepi Sungai Mentaya


Salah satu makanan yang wajib dicoba ketika berwisata atau mengunjungi kota di Kalimantan adalah ikan jelawat. Ikan yang hidup di sungai itu menjadi makanan yang diburu wisatawan sampai sekarang. Salah satu restoran di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, yang menawarkan ikan jelawat adalah Warung Kampoeng Delin.

"Rugi kalau datang ke Kalimantan tidak mencoba ikan jelawat," kata Yomie Kamale, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Pangkalan Bun, di Sampit, Rabu (27/11/2013).

Ketika mampir di Warung Kampoeng Delin yang beralamat di Jalan Usman Harun nomor 39 
Baamang, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mulailah mata mencari 
ikan jelawat dalam daftar menu.

Siang itu, rumah makan yang terletak di tepi Sungai Mentaya ini dipenuhi pengunjung untuk 
santap siang. Di bagian tengah rumah makan sudah dipenuhi rombongan ibu-ibu. Sembari 
bersantap, sebagian ibu-ibu berkaraoke. Jadilah siang itu, sambil menunggu ikan jelawat, 
pengunjung dihibur oleh ibu-ibu yang asyik membawakan lagu-lagu karaoke, entah dangdut, 
pop hingga lagu barat tahun 70-an.

Paling nikmat  menyantap ikan jelawat  sambil menatap hilir mudik perahu di Sungai Mentaya. Terlihat sebuah kapal yang penuh mengangkut sepeda motor menyeberangi sungai ini. Begitu sibuknya lalu lintas kapal besar dan kecil di Sungai Mentaya.

Tanpa menunggu berlama-lama, pesanan pun tiba. Salah satu yang menarik, apalagi kalau 
bukan ikan jelawat. Ada empat pilihan ikan jelawat di Warung Kampoeng Delin dengan harga yang sama sebesar Rp 40.000 yakni jelawat bakar/goreng, jelawat bakar pedas, jelawat bakar madu, dan jelawat asam manis.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANAIkan Jelawat di Warung Kampoeng Delin, Sampit, Kalteng.
Begitu mencicipi ikan jelawat ini, hhmm... rasanya begitu empuk saat digigit. Kalau Anda butuh sambal, aneka sambal juga tersedia mulai sambal buah, sambal terasi, sambal rendang, hingga sambal tomat. Tinggal pilih.

Satu hal yang menjadi kelebihan ikan jelawat ini adalah rasa lemaknya begitu terasa di mulut. Tanpa terasa menyantap jelawat membuat napsu makan makin bertambah. Tangan terus menerus memasukkan daging jelawat ke mulut. Keringat pun mengucur deras, bercampur antara kepedasan atau akibat teriknya sinar matahari siang itu. Sementara suara ibu-ibu yang berkaraoke tetap menemani acara santap siang dengan menu ikan jelawat di tepi Sungai Mentaya.

sumber : travel.kompas.com
Editor: I Made Asdhiana




Ayam Taliwang yang Mengawang-awang


Berkunjung ke Lombok, tidak pas rasanya jika tidak mencicipi Ayam Taliwang. Makanan khas lokal yang satu ini menjadi wisata kuliner yang paling dicari di kota Lombok. Berbagai restoran di Lombok pun berlomba-lomba menyajikan makanan ini sebagai menu utamanya. Kompas.com pun mencicipi salah satu restoran yang menyajikan menu ayam taliwang ini.

Dari sekian banyak restoran, Rumah Makan dan Lesehan Taliwang Raya H.M. Bahran Moerad terpilih berdasarkan rekomendasi Fakhrurozi sang pemandu wisata. "Ini (restoran ayam taliwang) yang paling ramai dan yang paling enak di sini," ujar Oji saat kami akhirnya tiba di restoran itu, Jumat (13/12/2013).

Setelah beberapa menit, ayam taliwang yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Dari rupanya saja, ayam ini sungguh menggoda selera. Warnanya hitam kecokelatan karena jenis yang kita pesan adalah ayam bakar madu. Selain itu, ada juga jenis-jenis lainnya seperti ayam pelecingan, ayam pedas manis, ayam sambal lima, ayam bakar kecap, ayam goreng biasa dan ayam goreng asam.

Kesan pertama saat mencicipi ayam ini, adalah rasa manis dan gurih yang menjejali lidah. Rasa manis, kemungkinan datang dari madu yang dibaluri ke ayam sebelum proses pemanggangan. Sementara, rasa gurih datang dari kulit ayam yang sukses dipanggang dengan pas, tidak terlalu matang hingga hangus, namun juga tidak terlalu mentah.

KOMPAS.COM/IHSANUDDINMenikmati Ayam Taliwang
Rasa manis dan gurih itu pun kemudian dipadu dengan sambal serupa sambal kacang yang cukup pedas. Hasilnya, rasa manis, gurih dan pedas menyatu menjadi satu, sehingga menimbulkan kelezatan tersendiri. Rasa ayam taliwang itu pun seakan mengawang-awang di lidah dan kepala.

Selain itu, ayam taliwang ini juga terasa sangat lembut saat dikunyah. Hal tersebut, menurut Fakhrurozi wajar, karena ayam yang digunakan adalah ayam yang berumur muda. "Jadi ayam taliwang ini sebenarnya membunuh generasi ayam-ayanm yang ada di sini," canda Oji.

Sahabat ayam taliwang

Bicara soal ayam taliwang, tak tepat rasanya jika tidak juga membicarakan sahabat terbaiknya, pelecing kangkung. Pelecing juga termasuk salah satu masakan khas lombok yang banyak dicari-cari pecinta kuliner. Makanan ini adalah kangkung yang dicampur dengan bahan-bahan lainnya seperti tauge, kacang tanah, kelapa parut, dan sambal. Semua bahan tersebut diaduk menjadi satu hingga menciptakan kangkung yang rasanya jelas jauh berbeda dari masakan kangkung pada umumnya.

KOMPAS.COM/IHSANUDDINPelecing Kangkung
Tapi bukan campuran bahan itu saja rahasianya. Menurut Oji, tanaman kangkung yang digunakan juga berbeda dari tanaman kangkung pada umumnya. Kangkung jenis ini hanya bisa ditanam dan didapatkan di Lombok. Kangkung ini memiliki rasa yang lebih segar dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Saat mencicipinya, Kompas.com menyetujui ucapan Oji. Kangkung ini terasa sangat segar saat dikunyah di mulut. Karena bentuknya yang lebih besar dan tebal, kangkung ini memiliki kandungan air yang lebih banyak sehingga sensasi segar sangat terasa. Paduannya dengan sambal yang cukup pedas pun menambah sensasi segar itu.

Es Kelapa Madu

Setelah puas menyantap ayam taliwang bakar madu, hidangan penutup pun kembali disajikan dengan madu. Lagi-lagi, hidangan ini juga merupakan suatu hidangan khas yang hanya bisa ditemukan di Lombok. Jika di daerah lain, es kelapa muda biasanya ditambahkan pemanis berupa gula merah, gula putih, atau susu putih, Lombok mempunyai cara yang berbeda. Mereka mempermanis es kelapa muda dengan madu. Dan jadilah, es kelapa muda madu. Hasilnya, madu pun dengan sukses berbaur dengan es kelapa muda.

KOMPAS.COM/IHSANUDDINEs Kelapa Muda
Rasa original es kelapa muda yang memang kurang manis, sukses dipermanis dengan madu. Namun rasa manis yang dihasilkan madu juga tidak menghilangkan kesegaran yang dimiliki oleh es kelapa muda. Nah, untuk menu yang terakhir ini, Anda bisa mencoba membuatnya sendiri di rumah. Pasalnya, baik kelapa dan madu yang digunakan bukanlah kelapa dan madu khusus. Harga yang cukup terjangkau seakan menyempurnakan kelezatan ketiga makanan ini.

Ayam taliwang bisa didapat dengan harga Rp 38.000. Sementara, pelecing kangkung dihargai Rp 10.000. Jika ingin menikmatinya dengan nasi, cukup menambah Rp 8.000. Untuk es kelapa madu sebagai hidangan penutupnya, bisa didapatkan dengan harga Rp 18.000.

sumber : travel.kompas.com
Penulis: Ihsanuddin
Editor: I Made Asdhiana



Asam Pedas Kaledo Khas Palu


Berlibur ke kota lain, kurang pas rasanya jika tidak mencicipi kuliner setempat. Hal itulah yang dilakukan Kompas Travel saat mendapatkan kesempatan mengunjungi beberapa kota, termasuk Palu, di Sulawesi Tengah.

Bertanya pada penduduk sekitar, pun dengan sopir yang mendampingi selama di Palu, ternyata kuliner khas kota tepi pantai ini adalah kaledo. Kaledo atau yang digadang-gadang sebagai singkatan dari "kaki lembu donggala".

Kaledo bisa dibilang adalah sup kaki sapi. Tulang-tulang kaki sapi dimasak hingga empuk ditambah berbagai bumbu. Semisal asam jawa, cabe rawit dan garam. Kuahnya yang bening namun bumbu pada kuah sangat kuat. 

Beberapa warung kaledo telah ternama di Palu, salah satunya Kaledo Stereo yang berada di Jalan Diponegoro No.40. Salah satu pegawai Kaledo Stereo, Arni, mengatakan cara memakan kaledo yang unik makanya menamakan rumah makan ini dengan 'stereo'.

"Ada stereo ada mono. Karena makannya harus pakai dua tangan dipegang di tulang makanya namanya stereo bukan mono," kata Arni.

Ya, cara menyantap kaledo ini memang unik. Potongan daging kaki sapi disajikan beserta tulang-tulangnya. Makanya memakannya harus memegang tulang untuk kemudian dicuili daging-daging yang menempel di tulang.

KOMPAS.com / FITRI PRAWITASARIKaledo dengan daging yang telah dipotong-potong
Kaledo disantap berdampingan dengan nasi putih hangat. Jeruk nipis diberikan sebagai tambahan kuah sup. Daging kaledo sangat empuk serta yang tak kalah membuat nikmat adalah kuah sup. Kuahnya sangat segar dengan rasa dominan asam dan pedas.  

Jika beruntung, Anda bisa mendapatkan bagian sum-sum. Nah, cara memakan sum-sum lebih unik lagi. Anda akan diberikan sedotan untuk menyeruput daging sum-sum yang ada di dalam tulang. Sruup... sruup... nikmat sekali.

Namun jika tak mau berepot-repot menyantap kaledo dari tulangnya, rumah makan juga menyediakan daging kaledo yang telah dipotong-potong. Menurut Arni, biasanya daging kaledo potong disajikan untuk anak-anak. 

Rumah makan kaledo Stereo buka mulai jam 09.00 sampai 22.00. Harga yang ditawarkan untuk satu porsi kaledo adalah Rp 50.000. Sedangkan untuk daging kaledo potong seharga Rp 25.000. Kaledo sungguh nikmat.
sumber : kompas.com/travel
Penulis: Fitri Prawitasari
Editor: I Made Asdhiana



Cakalang, Tumpuan Kampung Girian


ASAP mengepul di antara atap-atap rumah di Kelurahan Girian Atas, Kecamatan Girian, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Sekelompok pekerja sibuk memproses ikan cakalang segar. Tangan mereka dengan cekatan membuang tulang ikan, memotong-motong, memasang rangka bambu, dan kemudian mengasapkan ikan.

Sekitar 75 persen penduduk di kampung ini bermata pencarian dari pengasapan ikan. Maka, kampung itu dikenal sebagai kampung cakalang fufu atau cakalang asap. Ada sekitar 20 pengusaha kecil yang tergabung dalam kelompok usaha bergelut dengan penghidupan dari pengasapan ikan. Satu tempat usaha setiap hari bisa memproduksi sekitar 200 kilogram cakalang.

KOMPAS/RIZA FATHONIMembuat tulang ikan.
Cakalang merupakan salah satu komoditas perikanan tangkap dari perairan Sulawesi Utara. Di antara sekian jenis ikan laut, seperti ikan tuna dan ikan malalugis yang juga biasa diasap, ikan cakalang dikenal paling nikmat. Cakalang asap biasa dimasak khas Manado dengan digoreng campur sambal, dimasak santan, rica, dan dimasak pampis (cakalang suwir).

Tempat usaha di Kampung Girian Atas memproduksi cakalang asap setiap hari untuk dijual ke pasar-pasar di sekitar Sulawesi Utara, seperti Bitung, Minahasa, Manado, hingga ke Tomohon. Cakalang fufu menjadi salah satu pilihan oleh-oleh khas Manado.

KOMPAS/RIZA FATHONISeleksi Bahan Ikan Mentah.
Selain dijual di pasar, ikan asap ini bisa didapatkan di toko jajanan dan oleh-oleh. Bahkan, sebagian restoran khas Manado di Jakarta pun mendatangkan cakalang fufu dari Bitung.

Usaha cakalang fufu rumahan berjalan beriringan dengan usaha pengalengan dan pengolahan ikan modern di pabrik-pabrik dengan skala ekspor yang banyak terdapat di kawasan Madidir, Kota Bitung. (Riza Fathoni)

KOMPAS/RIZA FATHONICakalang Asap
Editor: I Made Asdhiana
SumberKOMPAS CETAK



Menikmati Kuliner Malam Pecenongan


Jakarta memang dikenal memiliki banyak pusat kuliner. Siapa yang tak kenal dengan kuliner Jalan Sabang, Bendungan Hilir, Blok M, atau Pecenongan.

Wilayah yang disebutkan terakhir, bukanlah daerah yang asing untuk sebagian masyarakat Jakarta. Ya, Pecenongan telah ternama sebagai pusatkuliner sejak puluhan tahun silam, terutama kuliner malam.

Pedagang kuliner di Pecenongan, Purnomo mengatakan memang dari dulu tempat tersebut telah menjadi pusat kuliner malam. "Dari tahun 1970-an sudah ramai," katanya.

Menurut Purnomo, kuliner malam di kawasan ini didominasi oleh warung-warung tenda yang membuka lapaknya mulai jam 5 sore hingga esok hari sekitar jam 3 atau 4 dini hari. Jadi bisa dibilang, semakin malam kawasan ini semakin hidup.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARIKerang Dara Rebus di Pecenongan, Jakpus.
Dia mengatakan, banyak yang datang adalah turis asing yang singgah di Jakarta. Terutama pada masa lalu. "Bule-bule itu banyak sekali dulu, mulai 1980-an sudah mulai berkurang, tapi masih ada sih walau nggak terlalu banyak," tuturnya.

Untuk jenis kuliner yang dijajakan, saat Kompas.com bertandang ke sana terlihat masakan laut adalah yang populer dijual. Salah satunya warung tenda "Seafood 88 Chinese Food". Pada warung tenda ini disediakan olahan laut seperti kerang kepiting, udang dan cumi-cumi.

Coba saja salah satu menu andalan yakni Kerang dara rebus. Kerang dara rebus bentuknya kecil-kecil. Untuk menyantapnya dicungkil dengan menggunakan tusuk gigi karena daging kerang terselip diantara cangkangnya.

Bumbu yang membuat nikmat saat menyantap kerang ada pada sambal dengan rasa pedas manis. Selain kerang ada juga kepiting saus tiram. Saat menyantap kepiting siap-siap saja untuk mengeluarkan tenaga ekstra.

Namun hal demikian sudah lumrah. Memilah-milah daging kepiting di antara kerasnya kulit seperti menjadi perjuangan sendiri saat bersantap.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARIKepiting Saus Tiram di Pecenongan, Jakpus.
Tak lengkap jika bersantap tanpa adanya sayur. Lagi-lagi sayur yang disajikan ditambahkan dengan olahan hidangan laut. Kangkung Seafood berisi cumi-cumi yang dipotong besar-besar. Pun udang kecil sebagai pelengkap.

Apakah Anda cukup tertarik untuk berwisata kuliner malam di kawasan ini? Sepulang bekerja atau beraktifitas, tak ada salahnya untuk membelokkan kendaraan Anda menyantap hidangan laut di pusat kuliner ternama ini.

sumber :travel.kompas.com
Penulis: Fitri Prawitasari
Editor: I Made Asdhiana